Thursday, November 29, 2012

KAMU ANAK SIAPA?"


“KAMU ANAK SIAPA….?”
(hitunglah waktu selagi waktu itu masih ada)

“Andre, pulanglah. Mumpung mama masih bisa diajak jalan-jalan. Nanti kita memperingati tahun baru bersama di Puncak”, itulah ajakan kakakku untuk pulang ke Indonesia beberapa tahun yang lalu
“Memang mama sakitkah?”, tanyaku
“Tidak, mama sehat. Justru karena itu kamu pulanglah. Sudah lima tahun kamu tidak pulang dan jarang pula menelpon. Bagaimanapun mama pasti akan senang kalau bertemu kamu” kakakku kembali membujukku.
Melewatkan malam tahun baru di Puncak? Rasanya basi amat. Di sini suasana malam tahun baru pasti terasa lebih semarak dan romantis. Kilauan kembang api yang memantul dari tumpukan salju putih pasti sangat indah. Lagipula aku sudah berjanji untuk menghadiri pesta “Old & New Year” bersama kawan-kawan kuliahku. Dan yang tidak boleh dilewatkan adalah kesempatanku menikmati malam itu bersama Yudith pacarku. Ya, pacar baruku.
“Aku tidak bisa pulang, biayanya kan mahal”, dalihku
“Aku akan transfer uangnya besok” , kata kakakku
“Tidak perlu, tapi aku sudah ada acara”, jawabku
“Kalau begitu kamu telpon mama lah malam itu. Mama selalu mengingat kamu di saat-saat seperti di malam tahun baru. Apa kamu tidak kasihan dengan mama?” tanya kakakku
“Bukan tidak kasihan, tapi tidak bisa. Acaraku padat akhir tahun ini”, jawabku. “Aku akan menelponnya setelah tahun baru lewat” sambungku
“Terserah kamu, mau pulang atau tidak”, terdengar nada bicara kakakku mulai kesal. “Jangan kamu menyesal nantinya”, sambungnya
“Mama baik-baik saja kan?”, tanyaku
“Dia baik dan sehat. Tapi mama sudah tua dan akan semakin tua. Mumpung dia masih bisa diajak bicara, sebaiknya kamu pulang untuk menemuinya. Tapi terserah kamu”. Telepon ditutup dan pembicaraan selesai.
Aku bernapas lega. Old & New Year kulewatkan di negeri yang saljunya sangat tebal dan dengan memanggang kalkun dan minum anggur. O ya, jangan sampai lupa, aku memperingatinya bersama Yudith, gadis Spanyol yang sangat cantik. Iya, dia pacarku, pacar baruku. Seminggu kemudian baru kutelpon mama.
“Hallo ……” suara itu kukenal betul, hanya sekarang terdengar agak serak
“Hallo mama, Selamat Tahun Baru” kataku
“Andreeeee, kapan kamu pulang??? Mama kangen sama kamu. Sering-seringlah menelpon mama. Bagaimana kuliahmu,….. bagaimana hidupmu di sana? Apa kamu tidak merindukan empal goreng dan sambal terasi masakan mama? ……………….”.
Pertanyaan mama tidak bisa kujawab karena dia terus bercerita. Aku sadar bahwa mama pasti merindukan aku. Apalagi sejak papa meninggal. Pasti dia mengharapkan aku ada di sampingnya menggantikan usaha papa. Hal itu wajar karena aku anak bungsu dan anak laki-laki satu-satunya.

Setahun kemudian, aku berencana untuk pulang setelah lebih dari 5 tahun aku tak pernah menengok negeri kelahiranku. Tiba-tiba aku merindukan nasi pecel, urap, gudeg, tahu bacem dan khususnya aku merindukan empal goreng dan sambal terasi masakan mamaku. “Tunggu sebentar lagi  mama”, teriakku dalam hati. “Sebentar lagi aku akan datang dan kita akan berbagi banyak cerita”.

Rumah itu masih seperti dulu, tidak banyak berubah. Pohon mangga dan kedondong masih ada di halaman rumah bagian depan. Aku masuk ke dalam rumah bersama kakak pertamaku yang menjemputku tadi di bandara. Di ruang tengah kulihat mama duduk di kursi goyang, seperti biasa. Kulihat wajahnya sudah jauh menua. Aku berlari memeluknya :
“Mama……….. anak laki-lakimu pulang?” teriakku
Mamapun memelukku. Kami bertangisan melepas rindu. Di meja makan kulihat ada empal goreng dan sambal terasi. “Pasti tadi mama memasaknya untukku”, pikirku.
“Ayo ma, kita makan”, Aku sudah sangat merindukan empal goreng dan sambal terasi masakan mama”, kataku
Mamaku tersenyum dan kugandeng dia ke meja makan.
“Tadi mbok Nah memasak empal goreng dan sambal terasi” kata mamaku
“Mbok Nah? Bukan mama?” tanyaku
“Mama sudah tidak bisa lagi memasak sejak tangannya kena rematik parah dan sedikit Parkinson”, kakak ku menimpali.
“Oh?!”  kataku degan rasa menyesal. Seandainya tahun lalu aku pulang, mungkin aku masih bisa menikmati masakan mama. “Ah tak apalah, yang penting aku masih bisa berbincang-bincang dengan mama”, pikirku menghibur diri
Malam itu kami berbagi cerita banyak hal. Aku menceritakan pengalamanku bersama kawan-kawanku di Canada dan mama banyak bercerita tentang masa lalu dan sedikit tentang rasa sakit yang dirasakannya. “Malam yang indah”, setidaknya begitulah aku merasakannya. Aku merencanakan untuk tidur di samping mama. Setidaknya hal itu akan dapat menghapus kerinduan mama kepadaku dan juga sebaliknya.
Setelah menggosok gigi, aku mengantar mama ke kamar tidur dan akupun ikut naik ke tempat tidur mama. Kuselimuti kakinya dan kumatikan lampu. Aku tahu betul mama tidak bisa tidur kalau kamar masih terang.

Tapi tiba-tiba sebelum aku merebahkan diri di samping mama, mama menatapku penuh selidik. Aku jadi heran dibuatnya.  Kemudian mama mengajukan pertanyaan yang semakin membuatku tak mengerti :”Nak, kamu baik sekali, siapa namamu?”
Aku melongo. “Andre, mama …… Andre”, jawabku
“Oh maaf tadi aku lupa menanyakan namamu”, kata mama
“Lalu kamu anak siapa?” tanyanya kemudian…….
Aku terdiam, terhenyak !!!
“Mama telah melupakan banyak hal bahkan anak-anak dan cucunya pun ia tak ingat lagi” jawab kakakku
“Kapan mama mulai begitu?” tanyaku
“Kira-kira 10 bulan yang lalu. Tak lama setelah tahun baru, setahun yang lalu”, jawab kakakku.
“Jadi mama sudah tidak mengingatku?”, tanyaku
“Kemungkinan besar begitu”, jawab kakakku
Airmataku jatuh ke pipi. Penyesalan menyelinap dalam dan membuat hatiku sesak. Seandainya tahun baru yang lalu aku pulang, mama pasti masih mengingat aku dan tidak akan merasa berbincang-bincang dengan orang asing. Tapi sekarang bahkan ia tidak ingat lagi bahwa aku adalah anaknya.
“Mama……… aku adalah Andre, …anak mama”………
Kugenggam tangannya dan kulihat dia sudah tertidur, disampingku ……..
Airmataku jatuh ke pipi.




No comments:

Post a Comment