“KAMU ANAK SIAPA….?”
(hitunglah waktu selagi waktu itu
masih ada)
“Andre,
pulanglah. Mumpung mama masih bisa diajak jalan-jalan. Nanti kita memperingati
tahun baru bersama di Puncak”, itulah ajakan kakakku untuk pulang ke Indonesia
beberapa tahun yang lalu
“Memang
mama sakitkah?”, tanyaku
“Tidak,
mama sehat. Justru karena itu kamu pulanglah. Sudah lima tahun kamu tidak
pulang dan jarang pula menelpon. Bagaimanapun mama pasti akan senang kalau
bertemu kamu” kakakku kembali membujukku.
Melewatkan
malam tahun baru di Puncak? Rasanya basi amat. Di sini suasana malam tahun baru
pasti terasa lebih semarak dan romantis. Kilauan kembang api yang memantul dari
tumpukan salju putih pasti sangat indah. Lagipula aku sudah berjanji untuk
menghadiri pesta “Old & New Year” bersama kawan-kawan kuliahku. Dan yang tidak
boleh dilewatkan adalah kesempatanku menikmati malam itu bersama Yudith
pacarku. Ya, pacar baruku.
“Aku
tidak bisa pulang, biayanya kan mahal”, dalihku
“Aku
akan transfer uangnya besok” , kata kakakku
“Tidak
perlu, tapi aku sudah ada acara”, jawabku
“Kalau
begitu kamu telpon mama lah malam itu. Mama selalu mengingat kamu di saat-saat
seperti di malam tahun baru. Apa kamu tidak kasihan dengan mama?” tanya kakakku
“Bukan
tidak kasihan, tapi tidak bisa. Acaraku padat akhir tahun ini”, jawabku. “Aku
akan menelponnya setelah tahun baru lewat” sambungku
“Terserah
kamu, mau pulang atau tidak”, terdengar nada bicara kakakku mulai kesal. “Jangan
kamu menyesal nantinya”, sambungnya
“Mama
baik-baik saja kan?”, tanyaku
“Dia
baik dan sehat. Tapi mama sudah tua dan akan semakin tua. Mumpung dia masih
bisa diajak bicara, sebaiknya kamu pulang untuk menemuinya. Tapi terserah kamu”.
Telepon ditutup dan pembicaraan selesai.
Aku
bernapas lega. Old & New Year kulewatkan di negeri yang saljunya sangat
tebal dan dengan memanggang kalkun dan minum anggur. O ya, jangan sampai lupa,
aku memperingatinya bersama Yudith, gadis Spanyol yang sangat cantik. Iya, dia
pacarku, pacar baruku. Seminggu kemudian baru kutelpon mama.
“Hallo
……” suara itu kukenal betul, hanya sekarang terdengar agak serak
“Hallo
mama, Selamat Tahun Baru” kataku
“Andreeeee,
kapan kamu pulang??? Mama kangen sama kamu. Sering-seringlah menelpon mama.
Bagaimana kuliahmu,….. bagaimana hidupmu di sana? Apa kamu tidak merindukan
empal goreng dan sambal terasi masakan mama? ……………….”.
Pertanyaan
mama tidak bisa kujawab karena dia terus bercerita. Aku sadar bahwa mama pasti
merindukan aku. Apalagi sejak papa meninggal. Pasti dia mengharapkan aku ada di
sampingnya menggantikan usaha papa. Hal itu wajar karena aku anak bungsu dan anak
laki-laki satu-satunya.
Setahun
kemudian, aku berencana untuk pulang setelah lebih dari 5 tahun aku tak pernah
menengok negeri kelahiranku. Tiba-tiba aku merindukan nasi pecel, urap, gudeg, tahu
bacem dan khususnya aku merindukan empal goreng dan sambal terasi masakan mamaku.
“Tunggu sebentar lagi mama”, teriakku
dalam hati. “Sebentar lagi aku akan datang dan kita akan berbagi banyak cerita”.
Rumah
itu masih seperti dulu, tidak banyak berubah. Pohon mangga dan kedondong masih
ada di halaman rumah bagian depan. Aku masuk ke dalam rumah bersama kakak
pertamaku yang menjemputku tadi di bandara. Di ruang tengah kulihat mama duduk
di kursi goyang, seperti biasa. Kulihat wajahnya sudah jauh menua. Aku berlari
memeluknya :
“Mama………..
anak laki-lakimu pulang?” teriakku
Mamapun
memelukku. Kami bertangisan melepas rindu. Di meja makan kulihat ada empal goreng
dan sambal terasi. “Pasti tadi mama memasaknya untukku”, pikirku.
“Ayo
ma, kita makan”, Aku sudah sangat merindukan empal goreng dan sambal terasi masakan
mama”, kataku
Mamaku
tersenyum dan kugandeng dia ke meja makan.
“Tadi
mbok Nah memasak empal goreng dan sambal terasi” kata mamaku
“Mbok
Nah? Bukan mama?” tanyaku
“Mama
sudah tidak bisa lagi memasak sejak tangannya kena rematik parah dan sedikit Parkinson”,
kakak ku menimpali.
“Oh?!”
kataku degan rasa menyesal. Seandainya
tahun lalu aku pulang, mungkin aku masih bisa menikmati masakan mama. “Ah tak
apalah, yang penting aku masih bisa berbincang-bincang dengan mama”, pikirku
menghibur diri
Malam
itu kami berbagi cerita banyak hal. Aku menceritakan pengalamanku bersama
kawan-kawanku di Canada dan mama banyak bercerita tentang masa lalu dan sedikit
tentang rasa sakit yang dirasakannya. “Malam yang indah”, setidaknya begitulah
aku merasakannya. Aku merencanakan untuk tidur di samping mama. Setidaknya hal
itu akan dapat menghapus kerinduan mama kepadaku dan juga sebaliknya.
Setelah
menggosok gigi, aku mengantar mama ke kamar tidur dan akupun ikut naik ke
tempat tidur mama. Kuselimuti kakinya dan kumatikan lampu. Aku tahu betul mama
tidak bisa tidur kalau kamar masih terang.
Tapi
tiba-tiba sebelum aku merebahkan diri di samping mama, mama menatapku penuh
selidik. Aku jadi heran dibuatnya.
Kemudian mama mengajukan pertanyaan yang semakin membuatku tak mengerti
:”Nak, kamu baik sekali, siapa namamu?”
Aku
melongo. “Andre, mama …… Andre”, jawabku
“Oh
maaf tadi aku lupa menanyakan namamu”, kata mama
“Lalu
kamu anak siapa?” tanyanya kemudian…….
Aku
terdiam, terhenyak !!!
“Mama
telah melupakan banyak hal bahkan anak-anak dan cucunya pun ia tak ingat lagi”
jawab kakakku
“Kapan
mama mulai begitu?” tanyaku
“Kira-kira
10 bulan yang lalu. Tak lama setelah tahun baru, setahun yang lalu”, jawab
kakakku.
“Jadi
mama sudah tidak mengingatku?”, tanyaku
“Kemungkinan
besar begitu”, jawab kakakku
Airmataku
jatuh ke pipi. Penyesalan menyelinap dalam dan membuat hatiku sesak. Seandainya
tahun baru yang lalu aku pulang, mama pasti masih mengingat aku dan tidak akan
merasa berbincang-bincang dengan orang asing. Tapi sekarang bahkan ia tidak ingat
lagi bahwa aku adalah anaknya.
“Mama………
aku adalah Andre, …anak mama”………
Kugenggam
tangannya dan kulihat dia sudah tertidur, disampingku ……..
Airmataku
jatuh ke pipi.
No comments:
Post a Comment