PUJIAN ITU …………
(pujian yang diberikan dengan tulus, bisa mengubah hati seseorang)
Dua
hari lagi……!!! Ya dua hari lagi, mahasiswa bimbinganku itu harus menempuh ujian
skripsinya. Sementara bab tiganya saja masih belum beres. Teorema utama belum
dapat dibuktikan. Memintanya maju ujian semester depan, rasanya aku tidak tega.
Aku harus membimbingnya dan meluangkan banyak waktu untuknya. Sementara itu
pekerjaan lain menumpuk. Salah satunya adalah musuh bebuyutanku sejak aku masih
kuliah dulu. Sampai sekarang tidak juga kami mau berdamai. Molin, itulah
namanya, alias model linear. Waktu masih menjadi mahasiswa aku tidak
menyukainya. Sekarang harus mengajar itu pula. Persiapan untuk mengajar mata
kuliah yang satu ini menyita terlalu banyak waktuku sehingga aku tidak bisa
mengerjakan pekerjaan yang lain, yang kusukai. Waduh, otakku jadi ruwet dan aku
menamakannya, otakku kemruyuk……..
“Tidak
baik meninggalkan tanggung jawab pekerjaan di tengah jalan”, begitu pikirku.
Tapi berhadapan dengan dua hal ini, skripsi mahasiswa dengan batas waktu yang
mepet dan si molin itu, benar-benar membuatku ingin menyerah. Belum ditambah
pekerjaan-pekerjaan dan acara-acara lain yang datang tanpa diundang. Lama-lama
aku menjadi jengkel. Aku ingin mengerjakan yang ini, ah tak ada waku karena
harus mempersiapkan si molin itu.. Mau
mengerjakan yang itu, tidak ada waktu karena harus mengoreksi skripsi mahasiswa
bimbinganku …. Aaaarg!!! Sayangnya aku tidak bisa mengajar ala kadarnya dan
tidak mau dinilai “tidak siap” oleh mahasiswaku. Bagaimanapun juga mahasiswa
bisa menilai apakah dosen yang mengajar mereka mengerti materi tersebut atau
tidak…. Karena itu dengan susah payah aku selalu berusaha mengejar apa yang
masih bisa kukejar…..
Malam
itu, sampai larut malam aku mempersiapkan kuliah molin itu dan aku tidak tahu
apakah sebenarnya aku sudah mengerti atau belum. Atau aku yang terlalu
menginginkan kesempurnaan? Tapi kelas itu harus kuhadapi. Harus !!!! Sayangnya
saat itu aku nyaris memutuskan untuk menyerah!!!!
Seperti
biasa hari itu aku harus mengajar si molin itu. Dengan berdoa aku melangkah
memasuki kelas itu. Mulai membuka laptop, mulai mengajar dan berharap tidak
banyak yang bertanya hal-hal yang “aneh”. Ternyata memang demikian. Agaknya
mahasiswaku dapat mengerti suasana hatiku saat itu. Untunglah, kalian memang
mahasiswa yang penuh pengertian. Mereka kelihatan tenang mendengarkan ocehanku
yang gemetaran. “Lebih gampang berpidato atau main drama”, pikirku. Akhirnya kelas molin berakhir juga. Aku lega.
“Sampai berjumpa pada jam tayang molin selanjutnya”, pikirku. Harus persiapan
lagi, wuft!!! Aku berjalan menuju ke ruanganku. Kuteguk secangkir kopi dan
berkemas untuk pulang.
Waktu
aku berjalan menuju ke halte bis, aku berjumpa dengan seorang mahasiswa
pengikut mata kuliah molin itu.
“Bu,….”,
sapanya. “tadi bagus”, terusnya
“Apanya
yang bagus?” kataku
“Kuliah
molinnya”, jawabnya
“Hah?!
Bagus apanya?” tanyaku sedikit kaget
“Iya
bu, baru sekarang saya mengerti konsep teori-teori yang mendasari molin,
padahal saya sudah lulus mata kuliah yang dasar-dasar itu”, sahutnya
“Baru
sekarang?”, tanyaku
“Iya,
baru tadi saat ibu mengajar molin”, katanya
“Syukurlah”,
jawabku sambil berlalu
Satu
senyuman tersungging di hatiku. Sekarang, rasanya aku bisa berdamai dengan si
molin itu. Tiba-tiba langkahku menjadi
ringan. Mahasiswaku…… ia tak kan pernah tahu bahwa pujiannya itu membuat satu
perubahan dalam diri seorang dosen yang tengah kemruyuk dan ingin menyerah.
Sekarang aku merasa semangat untuk mempersiapkan mata kuliah molin selanjutnya.
Mahasiswa itu hanya memuji. Pujian kecil yang disampaikan dengan ketulusan.
Mungkin sekarang dia juga sudah melupakannya. Tapi aku tak akan pernah
melupakannya. Sejak ia mengatakannya, satu hal aku tahu, …… sikapku tak akan
sama lagi. Satu cara yang dipakai Tuhan untuk membuatku belajar sesuatu yang
dari dulu tidak kusukai. Siapa tahu suatu kali nanti hal itu berguna bagiku.
Mahasiswaku
…….. terima kasih sekali untuk pujian kecil yang sangat berharga bagiku…..
No comments:
Post a Comment