Wednesday, August 17, 2011

PUISI PASKAH

VIA DOLOROSA

Manusia itu terus melangkah
Dalam tapak-tapak tegas menuju Yerusalem
“Yerusalem, Yerusalem ...
engkau yang membunuh nabi-nabi
melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu
berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu
tetapi kamu tidak mau”
Wahai Yerusalem
Air mata agung menangisi tanahmu
Kasih abadi rindukan tembok-tembokmu
Manusia itu terus melangkah
Memasuki gerbang Yerusalem

Manusia itu terus melangkah
Dalam tapak-tapak tegas menuju Yerusalem
“Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa
dan disalibkan”
Salib menghadang di depan
Derita menanti di gerbang kota
Penghakiman tidak adil menunggu di pilar istana
Tanpa dosa ... tanpa salah
Manusia itu terus melangkah
Memasuki gerbang Yerusalem

Tubuh penat itu kini rubuh
Menitik butir-butir keringat darah
Mendekap gelap malam yang mencekam
Menangkan gentar dalam penyerahan
“Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau,
ambillah cawan ini dari pada-Ku
tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan
kehendak-Mu lah yang terjadi”
Manusia itu tengadah
Menatap jerit jiwa yang butuh pengampunan
Dari setiap lorong-lorongmu, wahai Yerusalem

Manusia itu berjalan sempoyongan
Menyusur lorong-lorong Yerusalem
Dosa dunia ada di pundak-Nya
Dosaku, dosamu ... dipikulNya menuju Golgota
Via dolorosa ...
Jalan derita ditapaki-Nya
Manusia itu melangkah tetap
Di jalan deritamu, wahai Yerusalem

Manusia itu tergantung di salib
Mahkota duri menikam kepalaNya
Paku menghujam kaki dan tangan-Nya
Tubuh itu robek
Darah mengalir
Membasahi dosa tanahmu, Yerusalem
Wahai ...
Dimana teriakanmu “Hosana!! Hosana!!
Mulut-mulutmu telah berganti dengan teriakan
“Salibkan Dia!!! Salibkan Dia !!!”
manusia tanpa noda
mati di Golgota

Manusia itu mati di salib Golgota
Kasih dan keadilan Allah bersatu dalam satu tragedi
Penghukuman Allah berlaku
Dia harus mati !!!
Matahari ketakutan
Alam membisu bungkam
Saat Anak Allah disembelih di bukit Golgota
Untuk aku ... untuk kamu ...

Manusia itu mati di salib Golgota
Setiap luka di sekujur tubuhNya
Menyuarakan kasih abadi Ilahi
“Bapa, ampunilah mereka”
Tabir Bait Allah terkoyak !!!
Transaksi hutang dosa kita lunas sudah
Pintu sorga terbuka sudah
Kasih-Nya nyata sudah
Untuk aku ... untuk kamu ... !!!



GETSEMANI 

Getsemani … !!!
Gelap malammu kian pekat
Terjaga dalam kengerian
Kau … saksi kisah tragis di malam kejam
Satu tubuh tersungkur memeluk tanahmu yang hitam
Hanya gelapmu diam
Tercekat menadah butir-butir keringat darah yang jatuh
Hanya sunyimu
Merekam doa penyerahan di detik kegentaran
Bapa, bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi

Getsemani ... !!!
Mencatat saat paling tersendiri
Saat orang karib lelap dalam penat
Saat orang dekat berkhianat
Saat paling tidak adil
Saat salib menghadang di depan
Saat murka Allah atas manusia harus terbeban
Sunyimu merekam satu doa ketaatan
Bapa, bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu lah yang terjadi

Getsemani ... !!!
Saksi pergumulan Juruselamat
Di depan jalan salib ke Kalvari
Sebelum Hakim alam semesta diadili orang berdosa
Sebelum caci menampar hati-Nya yang luka
Sebelum mahkota duri menusuk tancap di kepala
Sebelum paku menembus kaki dan tangan-Nya
Sebelum dera melukis bilur-bilur memar di sekujur tubuh-Nya
Di situ Dia ambruk dalam kegentaran
Di situ Dia ingat manusia yang butuh pengampunan
Di situ Dia lihat beribu manusia hidup oleh mati-Nya
Di situ kasih-Nya lepas memberi pengorbanan
Satu ikrar kerelaan diucapkan
“Bapa, bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu lah yang terjadi”

Getsemani ... !!!
Saksi mata kasih Juruselamat
Dalam rela salib dipikulNya
Dalam rela mati diambilNya
Dalam rela derita ditanggungNya
Darah-Nya mengalir
Karya penebusan digenapi

Gelapmu wahai Getsemani
Mencatat rekam betapa besar kasih Juruselamat
Untuk kita ..... untuk kita ......

GOLGOTA


Golgota, sunyi … kini
Salib kayu lapuk ... kini
Tonggakkan tragedy ngeri
Anak Allah dipakukan di sana
Domba Allah tersembelih atasnya

Golgota, sunyi ... kini
Gemanya adakah bungkam ... kini
Adakah masih sanggup kau dengar
Teriak Tuhan mu di sana
“Eloi ... Eloi ... Lama Sabachtani ....”

1 comment:

  1. selamat pagi Ibu,
    kami mohon ijin menggungakan salah satu puisi ibu dengan judul Getsemani di ibadah kamis Putih.
    terima kasih

    ReplyDelete