KASIH YANG LUAR BIASA
(kisah nyata yang diceritakan oleh Dr. Maxwell Maltz)
Seorang pria mengalami luka bakar ketika ia berupaya menyelamatkan orangtuanya dari kebakaran rumah. Ia tidak berhasil menyelamatkan mereka. Orangtuanya tewas dalam kebakaran tersebut dan wajah pria ini menjadi rusak parah karena terbakar. Selain menyesali kegagalannya menyel;amatkan orangtuanya, berduka dan malu karena wajahnya yang menjadi buruk, pria ini mempunyai anggapan yang salah. Dia menganggap bahwa penderitaannya adalah hukuman dari Tuhan. Ia tidak mengijinkan siapapun menemuinya – termasuk istrinya.
Berulang kali istrinya mengetuk pintu kamarnya dan berbicara dengan lembut :”keluarlah sayangku, kita akan menghadapi duka ini bersama”
Tidak ada respon apapun selain keheningan ….
Sang istri kembali membujuk suaminya :
“Ketahuilah suamiku, aku sangat mengasihimu, aku ingin berada bersamamu pada saat2 seperti ini …. »
Tidak ada jawaban ……. Pintu kamar tetap tertutup
Beberapa sahabat-sahabat pria tersebut juga sudah berusaha memberikan support dan menawarkan bantuan, tetapi gagang pintu kamar itu tidak pernah bergerak.
Suatu kali istrinya menemui dr Maltz, seorang ahli bedah plastic, untuk meminta bantuan. Dr. Maltz berkata kepada perempuan itu untuk tidak kuatir :”saya menjamin bisa mengembalikan rupa wajah suami anda seperti semula”.
Sang istri tidak begitu bersemangat mendengar perkataan sang dokter. Telah berulangkali suaminya menolak bantuan yang ditawarkan kepadanya dan ia tahu bahwa suaminya akan mengulanginya lagi.
“aku tidak yakin dia mau membuka pintu kamar walaupun dokter menjamin akan memulihkan wajahnya dengan sempurna”, ujar sang istri
Dr Maltz mengerutkan dahinya. Ditatapnya perempuan di depannya dalam-dalam
Lalu ia bertanya : “Lantas mengapa anda datang kepada saya kalau anda sudah tahu bahwa suami anda tidak mau ditolong?”, tanyanya.
“Saya datang bukan untuk itu”, jawab perempuan itu.
“Lalu???” Tanya sang dokter
“Saya ingin anda merusak wajah saya sehingga wajah saya mirip dengan wajah suami saya! Mungkin dengan demikian saya bisa berbagi penderitaan bersama dia dan mungkin ia akan mengijinkan saya kembali ke dalam hidupnya”.
Dr Maltz terkejut mendengar jawaban perempuan itu. Awalnya ia menolak permintaan tersebut. Namun, karena ia tergerak menyaksikan kasih dari perempuan ini maka iapun pergi menemui sang suami.
Pintu kamar sang suami masih tertutup. Ia mencoba mengetuk pintu kamar sang suami dan menyapanya :”Tuan, saya adalah dokter bedah plastic dan saya ingin anda tahu bahwa saya dapat memperbaiki wajah anda”.
Tidak ada respon apapun……… pintu kamar itu tetap tertutup dan hanya kebisuan yang berbicara saat itu
Sang dokter berbicara kembali …. “keluarlah, tuan. Saya jamin, wajah anda akan kembali seperti semula, ijinkan saya menolong tuan”
Tidak ada jawaban ….. hanya satu keheningan yang panjang ……..
Akhirnya……… untuk terakhir kali, sang dokter berusaha membujuk pria tersebut untuk mau keluar dari kamar. Masih berbicara dari balik pintu, dr Maltz menceritakan dengan pelan permintaan istrinya :” Istri anda datang menemuiku. Ia tidak meminta aku memperbaiki wajah anda, karena ia tahu bahwa anda tidak akan mau. Tetapi tahukah anda apa yang diminta oleh istri anda? Istri anda meminta aku untuk merusak wajahnya supaya wajahnya menjadi rusak, sama seperti wajah anda. Hal itu dilakukannya dengan harapan bahwa anda mengijinkan dia kembali masuk ke dalam kehidupan anda. Tidakkah anda mengerti bahwa itu adalah satu bukti bahwa ia sangat mengasihi anda. ”
Tidak ada suara …….
Tidak ada apa-apa kecuali kesunyian yang menggigit
Sang istri duduk di kursi meneteskan air-mata
Airmata yang sarat dengan cinta dan pengorbanan
Sang dokter bersiap untuk pergi
Sang istri bersiap mengantar dengan hati yang menangis
Pupus sudah segala asa
Sebelum akhirnya mereka mendengar bisikan kebisuan yang pecah
Dan sesuatu yang berubah
Ya…… mereka melihat
perlahan-lahan gagang pintu kamar itu berputar …….
DEMIKIANLAH TINGGAL KETIGA HAL INI YAITU IMAN, PENGHARAPAN DAN KASIH. DAN YANG PALING BESAR DIANTARANYA IALAH KASIH
(1 Korintus 13 : 13)
No comments:
Post a Comment