Tuesday, April 22, 2014

MALKHUS

MALKHUS
(Saksi Taman Getsemani)

Setiap kali kita memperingati Natal, kita akan diajak ke sebuah kandang di kota Betlehem, menyaksikan paduan suara termegah yang pernah ada di dunia, Paduan Suara di Padang Efrata. Dalam rangkaian acara Paskah, kita akan diajak memasuki sebuah taman yang bernama Getsemani. Di taman Getsemani, kita dapat menyaksikan pergumulan Juruselamat saat menghadapi cawan murka Allah. Di Taman Getsemani kita melihat murid-murid yang tidur di saat genting dan kemudian lari meninggalkan Tuhan Yesus seorang diri. Di taman Getsemani kita juga melihat pengkhianatan seorang murid bernama Yudas Iskariot, dan juga kebencian para pemuka agama terhadap Sang Pencipta alam semesta. Tapi jangan lupa, ada satu lagi, saksi Taman Getsemani yang jarang di perhatikan yaitu Malkhus. Malkhus adalah seorang hamba Imam Besar yang malam itu ada di taman Getsemani. Ia tidak pernah menduga bahwa malam itu, pengalamannya sebagai salah seorang saksi taman Getsemani membuat pandangannya terhadap Orang Galilea itu tak lagi pernah sama (seharusnya).

Malkhus adalah hamba Imam Besar Kayafas. Malam itu, ia ikut ke taman Getsemani untuk menangkap Tuhan Yesus. Tampaknya dia berada di garis depan formasi serdadu yang dikerahkan untuk menangkap Tuhan Yesus di taman Getsemani. Ke empat Injil mencatat peristiwa yang dialaminya tetapi hanya kitab Yohanes yang menyebutkan namanya, Malkhus. Kemungkinan Yohanes mengenal hamba Imam Besar itu sehingga ia mengetahui nama hamba itu yaitu Malkhus. 

Smith's Bible Dictionary menggambarkan bagaimana seorang Ibrani bisa menjadi hamba (slave) pada saat itu. Kemungkinan ia telah kehilangan kekayaannya dan tidak dapat membiayai keluarganya, maka ia menjual dirinya sendiri dan berharap pada suatu hari ia dapat menebus harta kekayaannya itu. Kemungkinan lain adalah ia merupakan seorang pencuri dan harus bekerja sebagai hamba sampai ia dapat mengembalikan apa yang telah dicurinya. Tidak jelas Malkhus termasuk golongan yang mana tetapi yang jelas Malkhus tidak mempunyai kebebasan hidup, ia bukan orang yang punya kuasa maupun harta.

Sebagai hamba Imam Besar, cukup beralasan bahwa Malkhus mengerti sedikit banyak alasan para imam dan pemuka agama ingin menangkap Orang Galilea itu. Malkhus sedikit banyak bisa meraba bahwa para Imam dan pemuka agama itu penuh dengan rasa iri hati dan kebencian yang sudah memuncak kepada Orang Galilea ini. Mereka tidak berhasil menjerat Dia dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Malkhus juga tentunya mengetahui perjanjian yang dibuat antara para pemuka agama, orang Farisi dan Yudas Iskariot.

Malam itu, Malkhus memasuki taman Getsemani bersama banyak imam, banyak orang Farisi, banyak serdadu untuk menangkap seorang Galilea bernama Yesus. Di dalam benak dan pikirannya sudah terpotret pandangan tentang Orang Galilea itu. Potret yang dibuatnya sendiri berdasarkan pembicaraan-pembicaraan yang selama ini didengarnya. Tapi malam itu, di Taman Getsemani, sketsa itu berubah. Malkhus tidak lagi mengetahui Orang Galilea itu berdasarkan cerita orang tetapi ia mempunyai pengalaman pribadi dengan Rabbi orang Yahudi itu.

Dia menyembuhkan aku
Kejadian di malam itu, tampaknya merupakan suatu hal yang kebetulan terjadi. Telinga kanan Malkhus kena babat pedang Petrus dan putus. Tentunya Malkhus bukanlah sasaran yang direncanakan  oleh Petrus. Kemungkinan besar Petrus hanya ingin menepati apa yang dijanjikannya kepada Tuhan Yesus bahwa ia sekali-kali tidak akan meninggalkan Kristus. Apalagi Petrus bukanlah seorang tentara sehingga ia bukanlah orang yang biasa menggunakan pedang. Petrus adalah seorang nelayan. Jadi kemungkinan besar Petrus hanya sembarangan menyayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri. Naas bagi Malkhus yang berdiri di situ, yang menjadi sasaran tak sengaja dari pedang Petrus. Telinganya putus. Tetapi kejadian yang tampak sebagai kejadian yang kebetulan itu di mata manusia, tidak pernah merupakan hal yang kebetulan dimata Tuhan.

Mungkin saat itu Malkhus masih terkaget-kaget dengan telinganya yang terputus dan juga masih menahan kesakitan. Tetapi saat itu, tiba-tiba, ada tangan yang menyentuh telinganya yang terluka itu dan telinganya menjadi sembuh. Sakitnya hilang. Malkhus tengadah dan dia melihat wajah Penyembuhnya, Dia adalah Rabbi orang Yahudi yang akan ditangkapnya itu.  Tidak tampak kemarahan di wajah dan mata-Nya.

Malkhus terperangah. “Dia menyembuhkan aku,” pikirnya.
“Mengapa Dia menyembuhkan aku, sementara Dia tahu bahwa aku ada di situ untuk menangkap Dia? Rabbi  yang akan ditangkap nya ini berbeda dari yang lain. Ia pasti orang besar.” Dia menunjukkan kasih yang luar biasa. Dia mengasihi bahkan kepada musuh yang akan menangkap Dia. “Dia, menyembuhkan aku.” Bagaimana mungkin? Siapa sebenarnya Orang Galilea ini?

Dia berkuasa atas pasukan malaikat
Belum selesai dengan keheranannya, Malkhus dibuat terkaget-kaget dengan perkataan-perkataan Orang Galilea itu yang dikatakan-Nya kemudian. Perkataan yang belum pernah diucapkan oleh manusia lain yang pernah ia dengar. “….. atau kau sangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?” (Matius 26:53)

Selama ia hidup dan selama ia menjadi hamba Imam Besar Khayafas, belum pernah Malkhus mendengar kalimat sedahsyat ini. Orang Galilea ini punya kuasa untuk minta kepada Bapa-Nya untuk mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat untuk menolong Dia? Luar biasa! Siapa sebenarnya Dia? Siapa Bapa-Nya?


Dia adalah penggenapan rencana Allah
Mungkin sebelumnya Malkhus berpikir bahwa penangkapan Orang Galilea ini di Taman Getsemani adalah mutlak rencana Imam Besar, para imam dan Yudas Iskariot dan mereka berhasil menangkap Dia di taman Getsemani. Akan tetapi pandangan Malkhus ini menjadi hancur saat ia mendengar Yesus mengatakan kalimat berikutnya. “Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang dengan pedang dan pentunguntuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku duduk mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi.”(Matius 26:55-56) …. “Tetapi inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu.” (Lukas 22:53)

Tentunya Malkhus mengetahui bahwa sebenarnya para Imam kepala, tua-tua Yahudi sudah pernah merundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia (Matius 26:4). Malkhus tentunya juga mengetahui bahwa mereka tidak ingin menangkap dan membunuh Yesus pada perayaan Paskah supaya tidak menimbulkan keributan. Tetapi mengapa akhirnya mereka justru menangkap Yesus di  malam menjelang Paskah? Apakah ini kebetulan? Sepertinya tidak.

Malkhus tentunya juga mengetahui bahwa selama ini Yesus tidak pernah mengajar dengan sembunyi-sembunyi. Setiap hari ia mengajar di Bait Allah dan malam harinya, Dia hampir selalu pergi ke taman bersama dengan murid-murid-Nya. Yesus tidak pernah membawa pedang, begitu juga sebagian besar dari murid-murid-Nya. Tetapi mengapa mereka harus menangkap Dia malam hari sebelum Paskah dan membawa sekelompok serdadu dengan senjata lengkap? Tentulah di dalam hati mereka, para imam dan pemuka agama saat itu mempunyai kegentaran menghadapi Orang Galilea ini. Kata-kata Orang Galilea ini menjadi jawaban dari semua teka-teki itu: “Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi. Tetapi inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu.”

Betul, imam-imam kepala, tua-tua Yahudi punya rencana membunuh Yesus tetapi hal itu tidak akan dapat terjadi kalau Allah tidak menghendakinya. Malam itu, memang adalah waktu yang ditetapkan Allah untuk menyerahkan Anak Manusia ke tangan orang berdosa. Meleset dari rencana pemimpin agama semula. Dan menakjubkan bahwa Orang Galilea itu tidak lari dari saat itu karena Dia mau menggenapi rencana Allah dalam diri-Nya.

Kejadian yang sangat luar biasa telah terjadi di Taman Getsemani malam itu. Seorang hamba Imam Besar menjadi saksi dari semuanya. Ia telah mendapat anugerah menjadi salah seorang saksi mata dari kejadian di taman Getsemani malam itu. Kisah Malkhus berhenti sampai di sini, tetapi apa yang terjadi di hati Malkhus setelah kejadian itu mungkin masih berlanjut tanpa kita ketahui. Seorang hamba yang semula berniat menangkap Orang Galilea itu telah mengalami perjumpaan dengan Sang Juruselamat

Banyak hal yang dapat kita pikirkan dan pelajari dari kisah yang dialami oleh Malkhus, salah seorang saksi mata Taman Getsemani. 
  • Malkhus bukanlah seorang yang punya kuasa ataupun orang kaya. Ia juga bukan seorang yang ingin mengenal Juruselamat. Malkhus datang ke taman Getsemani untuk menangkap Yesus atas perintah Imam Besar tentunya. Malkhus juga tidak sengaja untuk berdiri di barisan depan pasukan apalagi sengaja memberikan telinganya untuk dipotong oleh pedang Petrus. Tetapi Tuhan memberi kesempatan baginya untuk mengenal dengan sangat dekat Sang Juruselamat dunia. 
Sama seperti Malkhus, kita diberi kesempatan untuk berjumpa dengan Juruselamat, mengenal Dia, bukan karena kita menginginkannya, bukan pula karena kita adalah seorang yang cukup baik atau punya jasa, kuasa atau harta. Kita mendapat kesempatan untuk berjumpa dengan Dia hanya karena anugerah semata, 

  • Dari perjumpaan Malkhus dengan Kristus, Malkhus dapat melihat kasih yang luar biasa. Kristus tidak menunjukkan kemarahan kepada para musuh-Nya yang membenci Dia dan berniat membunuh-Nya. Begitu juga Kristus menunjukkan kasih kepada dirinya. Kristus mau menyembuhkan dan memulihkan telinganya yang putus.
Kristus menunjukkan kasih yang luar biasa yang tidak akan pernah dapat diberikan oleh manusia manapun juga. Dia mengasihi kita, bukan di saat kita mengasihi Dia tetapi justru di saat kita masih berdosa. Kristus mati bagimkita ketika kita masih berdosa.


  • Dari perkataan-perkataan Tuhan Yesus yang didengar oleh Malkhus malam itu di taman Getsemani, Malkhus dapat melihat bahwa Orang Galilea ini bukan manusia biasa. Dia punya kuasa atas malaikat-malaikat, tak ada satu kuasa apapun yang dapat menyentuh Dia kecuali atas ijin Bapa-Nya.
Setiap kali kita merenungkan firman Tuhan, berdoa kepada-Nya, bagaimana pengenalan kita kepada-Nya? Siapa Tuhan Yesus bagi kita...... ini merupakan pertanyaan yang perlu kita renungkan setiap saat.

  • Dari perkataan-perkataan Tuhan Yesus yang didengar Malkhus di Taman Getsemani malam itu, Malkhus melihat satu ketaatan total dari Juruselamat kepada Bapa-Nya. Tuhan Yesus tidak lari dari "saat itu" karena Dia menaati kehendak dan rencana Bapa-Nya untuk menyelamatkan manusia.
Ketaatan Kristus kepada Allah menjadi sukacita dan teladan bagi kita semua selaku umat tebusan-Nya.


       

No comments:

Post a Comment