"Apa?! Bercerai?!" seruku saat tante tua yang tinggal di sebelah rumahku menceritakan keinginannya kepadaku. Ia berumur 80 tahun saat itu dan suaminya kuduga berumur mendekati 90 tahun.
"Iya, ... daripada saya harus hidup dengan orang seperti om" jawabnya
"Setelah menikah selama 60 tahun?" tanyaku lagi
Aku berusaha mencari kebenaran di bola matanya yang mulai berair.
"Tante sedang becanda kan?!" tanyaku
"Tidak!", jawabnya
"Tapi kenapa?! Tante tidak punya alasan untuk bercerai. Tante punya 3 anak, 6 cucu dan itu sangat ideal. Om dan tante selalu kelihata mesra, kemana-mana selalu bergandengan tangan", tanyaku tidak mengerti
"Tidak seperti yang kau duga. Om yang sekarang bukan lagi seperti om yang aku kenal waktu aku menikahinya dulu", jawabnya. "Dulu om adalah seorang yang selalu menuruti apa yang aku mau, tetapi sekarang dia sering melawan dan tak jarang membentakku. Apalagi sering rewel, minta ini, minta itu".
" Jangan, tante ..... nanti tante akan menyesal" kataku.
Hari itu, ada bendera kuning di pasang di depan rumah tetanggaku. Banyak orang datang ke situ. Aku melihat tante tua itu duduk di samping peti berwarna putih. Matanya bengkak. Sesosok tubuh kaku terbujur di dalam peti mati itu. Tubuh suaminya yang sudah tidak bergerak. Tidak bernyawa.
"Om sudah pergi semalam", katanya sambil menggenggam tanganku dan mulai terisak
"Maaf, tante", kataku.
Tanpa kuminta dia bercerita.
"Semalam om sakit perut. Tante berusaha menolongnya untuk duduk. Dia begitu kesakitan. Kemudian dia memandang ke atas, menarik tangan tante seperti ingin menunjukkan sesuatu tapi tak ada kata-kata yang sanggup dikeluarkannya. Lalu dia tersenyum, menutup matanya untuk selamanya. Dan sekarang tante sendiri ........"
Aku melihat tante tua itu beberapa hari kemudian. Dia duduk di bangku depan. Bangku di sebelahnya kosong. Biasanya ada seorang pria tua yang menemaninya duduk di situ, tapi sayang .....itu dulu. Biasanya ada dua cangkir teh di meja itu, sekarang cuma satu. Biasanya dia akan bergandengan dengan pria tua itu masuk ke dalam rumah setelah secangkir teh itu habis. Sekarang dia sempoyongan berjalan masuk ke dalam rumah sendirian. Kudengar suara televisi dan kulihat dia menonton televisi itu sendirian. Tidak ada lagi teman berbincang........ Sementara anak-anaknya, hanya seminggu sekali datang.
"Ria", katanya suatu kali.
"Apa om masih mendengar permintaan maafku?" Apa nanti tante masih bisa berbincang lagi dengan om di sana?tanyanya
Aku tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaannya dan mungkin "diam" adalah jawaban yang terbaik Dalam hatiku, aku merasa kasihan kepada om dan tante itu. Mengapa di akhir hidupnya, om itu harus menerima permintaan cerai dari istrinya yang sudah dinikahinya selama 60 tahun? Mengapa kisah hidupnya dan hidup perkawinannya tidak diakhiri dengan ikrar cinta dan kesetiaan yang tidak berubah? Aku berpikir tante itu juga akan terus dibayangi oleh satu penyesalan yang seharusnya tidak perlu ada .........
Satu penyesalan yang sangat mahal ............
No comments:
Post a Comment