FAKTOR KELUARGA VS STRESS MAHASISWA
Suatu kali seorang mahasiswi menulis WA kepadaku.
Suatu kali seorang mahasiswi menulis WA kepadaku.
“Ibu, saya ingin bertemu ibu. Saya harus bercerita
kepada ibu. Saya takut,”
“Iya, masuk aja ke ruangan kerja saya,” jawabku.
Kebetulan saat itu aku sedang sendirian di ruang kerjaku.
Seorang gadis cantik duduk di depanku dengan
menggunakan topi dan mulut yang tertutup masker. Dia duduk dan menangis lama
sekali. Kuberikan sekotak tissue kepadanya dan dia segera mengambi tissue itu
untuk menghapus airmatanya.
“Ibu, saya takut”, katanya setelah agak tenang
“Apa yang kamu takutkan?” tanyaku
“Suara aneh”, jawabnya
“Suara aneh apa?” tanyaku lagi
“Setiap malam ada suara aneh yang mengganggu saya.
Suara yang selalu memanggil saya. Bayangan hitam juga sering muncul menyertainya
dan itu terjadi setiap malam. Akhirnya saya minum minuman keras beberapa botol supaya
saya bisa tidur”, ceritanya
“Orangtuamu tahu hal ini?” tanyaku
“Saya tinggal di kos sendirian, saya tidak punya
orangtua,” jawabnya dengan nada yang sedikit meninggi.
“Orangtuamu sudah meninggal?” tanyaku
“Masih ada, tapi saya tidak bersama mereka. Merekapun
tinggal sendiri-sendiri, entah dimana”, jawabnya
“Ayahmu bekerja?” tanyaku
“Bekerja, tapi ada dimana saya tidak tahu. Dia hanya
mengirim uang setiap bulan,”
“Ibumu?” tanyaku
“Mama ada di Medan, tidak bekerja, tinggal bersama
orangtuanya”, jawabnya
“Kamu tidak bisa berbicara dengan ibumu?” tanyaku
“Tidak bu, mama tidak mau bicara dengan saya. Saya
disuruh tinggal di tempat kos sendiri dan kalau saya hubungi, mama tidak pernah
berespon sehingga akhirnya saya memutuskan untuk tidak menghubungi mama. Saya
benci pada orangtua saya”, jawabnya.
“Kamu punya kakak atau adik?” tanyaku
“Saya punya seorang kakak laki-laki, tapi saya juga
tidak tahu dia kos dimana. Pokoknya kami masing-masing hidup sendiri’, jawabnya
Cerita di atas mungkin merupakan satu cerita yang sepertinya
tidak pernah kita duga bisa dialami oleh mahasiswa kita. Tetapi cerita seperti
itu bukanlah cerita yang jarang penulis dengar dan hadapi. Ada beberapa
mahasiswa yang menceritakan stres jiwanya. Ada yang tertekan karena studi
mereka, ada yang tidak bisa membayar uang kuliah, ada yang tidak akur dengan
orangtuanya, ada yang mengalami kelainan psikologi dan masih banyak lagi.
Dampak yang terjadi dari mahasiswa yang mengalami stres pun bermacam-macam. Ada
yang studinya terabaikan, ada yang terpaksa bekerja, ada yang ingin bunuh diri dan
sebagainya. Penulis hanya mendengar percikan-percikan dari cerita mereka. Penulis
yakin, di luar sana masih ada banyak mahasiswa yang mengalami stres yang
mungkin tak dapat diceritakannya kepada siapapun.
No comments:
Post a Comment