(Hm..... Think Something)
Suatu kali, saya berdiskusi dengan seorang surveyor untuk mengevaluasi rencana suatu survei yang akan dilakukan. Waktu kami mendiskusikan tentang tehnik pengambilan sampel, terjadilah perbedaan pendapat. Dia bertahan dengan pendapatnya yang menurut saya "kuno" padahal sudah ada metode-metode lain yang lebih baik tapi dia belum mengethuinya. Waktu saya berusaha menjelaskan hal itu, saya jadi makin heran karena ternyata pengertian dasar tentang tehnik pengambilan sampel pun "berbeda". (lha?!). Hal ini menjadi pertanyaan bagi saya, apakah orang-orang yang survei di lapangan memang tidak mengikuti perkembangan teori yang ada (padahal bukunya ebook semua, katanya) atau mengambil sampel asal jadi sampel dengan sebutan "purposive sampling" karena kendala lapangan dan dana? O iya, satu lagi, asumsi yang perlu dipenuhi seringkali tidak diperiksa pada saat menganalisis data dengan alasan yang konyol "itu kan asumsi". Dimana letak perbedaan cara berpikir yang demikian?
Saya berpikir dalam hal ini, orang akademisi lebih bisa mempertanggung jawabkan ilmunya dan ketepatan metode yang akan digunakan walaupun tidak banyak dari mereka yang ikut terjun langsung di lapangan, (mungkin "hanya" menjadi konsultan). Bukan merupakan kegiatan yang iseng kalau seorang statistician/ mathematician mencoba mencari teori-teori baru berikut dengan bukti-bukti secara teori guna menanggulangi kelemahan yang ada pada metode yang selama ini digunakan.Kalau itu dilakukan, konyol namanya.
Alangkah baiknya kalau para orang lapangan mau mendengarkan pendapat-pendapat dari orang akademisi, begitu juga sebaliknya. Jangan sampai pendapat ini menjadi benar : "orang teori hanya bisa terbang dan tidak bisa landing, sedangkan orang lapangan tidak pernah terbang".
Menjadi perenungan bersama .......
No comments:
Post a Comment